loading…
Sopir truk Palestina dan kendaraan PBB menunggu di dekat gerbang perbatasan Rafah di sisi Gaza untuk menyeberangi sisi Mesir setelah tentara Israel menguasai Gerbang Perbatasan Rafah, Gaza pada 14 Mei 2024. Foto/Hani Alshaer/Anadolu Agency
Perundingan ini di tengah laporan tentang sikap Israel yang melunak terhadap kemungkinan pemindahan tersebut.
Menurut penyiar publik Israel, Kan, selama akhir pekan, sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut memberi tahu bahwa upaya sedang dilakukan antara Kairo dan Ramallah untuk menyempurnakan kesepakatan yang akan membuat PA mengelola Penyeberangan Rafah.
Pejabat senior PA, Hussein Al-Sheikh, dilaporkan baru-baru ini bertemu dengan seorang pejabat Mesir yang berkantor di Ramallah untuk membahas rencana tersebut.
Dalam mendorong usulan tersebut, otoritas Mesir tampaknya bertujuan agar usulan tersebut menjadi langkah awal dalam rencana yang lebih luas bagi PA untuk secara bertahap mengambil alih dan mengelola area strategis lainnya di Gaza setelah berakhirnya serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Hal ini terjadi di tengah laporan Israel sendiri mulai menyambut baik gagasan tersebut, meskipun banyak elemen dan tokoh dalam koalisi penguasa sayap kanan yang awalnya menentang segala bentuk pemerintahan sendiri Palestina di Gaza.
Bulan lalu, Axios mengungkapkan pejabat Israel, PA, dan Amerika Serikat (AS) telah mengadakan pertemuan rahasia untuk membuka kembali Perlintasan perbatasan Rafah.
Menurut laporan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang keterlibatan langsung PA dalam mengelola Perlintasan Rafah dan, sebaliknya, mendesaknya untuk mengirim personel dalam kapasitas tidak resmi, yang ditolak PA.
Namun, Times of Israel mengutip pernyataan pejabat bulan lalu yang mengatakan lingkaran perdana menteri Israel tampaknya semakin menyadari bahwa PA adalah satu-satunya pilihan yang layak untuk mengelola Perlintasan perbatasan Rafah saat ini.
Pembukaan kembali Perlintasan akan dilakukan beberapa bulan setelah pasukan penjajah Israel merebut seluruh perbatasan Gaza-Mesir dan menghentikan aktivitas di Perlintasan, yang selanjutnya memutus akses ke bantuan dan membatasi kesempatan bagi warga Palestina untuk melarikan diri dari Jalur Gaza yang terkepung.
Langkah membuka kembali Perlintasan tersebut akan sangat menguntungkan upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, di mana Israel akan menghentikan pemboman dan kejahatan perangnya dengan imbalan pembebasan sandera Israel yang ditahan kelompok Perlawanan Palestina, Hamas.
Para pejuang Hamas yang terluka juga dilaporkan akan dapat melakukan perjalanan melintasi perbatasan ke Mesir untuk menerima perawatan medis sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata, berdasarkan proposal tersebut.
(sya)