Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Konvoi Ambulans Ditembaki, Sentimen Anti-China Meningkat di Myanmar



loading…

Sentimen anti-China berkembang, mempersulit upaya Beijing untuk mempertahankan pijakan strategisnya di Myanmar. Foto/Irrawady

JAKARTA – Pada 2 April lalu, militer Myanmar melepaskan tembakan ke konvoi kendaraan Palang Merah China yang menuju Mandalay, salah satu daerah paling parah dilanda gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 baru-baru ini, untuk mengirimkan pasokan bantuan.

Kelompok pemberontak bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) menuduh bahwa junta militer menggunakan senapan mesin berat untuk menembaki konvoi China saat melewati Kotapraja Nawnghkio di Negara Bagian Shan utara.

Namun, militer mengeklaim konvoi tersebut gagal memberi tahu mereka tentang rutenya dan tidak berhenti saat diperintahkan, yang menyebabkan dilepaskannya tembakan peringatan. Meski beberapa sumber menyatakan bahwa ini mungkin merupakan insiden yang tidak diinginkan, penyebab pastinya masih belum jelas.

Mengutip dari Irrawady, Sabtu (26/4/2025), satu hal yang tidak dapat disangkal adalah bahwa kepentingan China terus menghadapi serangan di Myanmar. Keterlibatan aktif China dalam konflik internal Myanmar—termasuk dukungannya terhadap militer dan kelompok perlawanan bersenjata—semakin meningkatkan ketegangan.

Beberapa hari sebelumnya pada 21 Maret 2025, protes diam-diam terjadi di Lashio, ibu kota Negara Bagian Shan utara. Penduduk yang mengungsi akibat konflik antara junta militer dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) menyatakan penentangan mereka terhadap keterlibatan China dalam menengahi pembicaraan damai antara kedua pihak.

Para pengunjuk rasa membagikan poster yang mendesak China untuk menghormati kedaulatan Myanmar dan menghentikan dukungannya terhadap rezim militer.

Kekecewaan Publik

Aksi protes ini merupakan bagian dari tren yang lebih luas dari meningkatnya sentimen anti-China di Myanmar. Selama beberapa tahun terakhir, kekecewaan publik telah meningkat karena dukungan China yang dirasakan terhadap junta militer, eksploitasi ekonominya melalui proyek-proyek kontroversial, dan campur tangannya dalam urusan dalam negeri Myanmar.

Pada 18 Oktober 2024, konsulat China di Mandalay menjadi sasaran ledakan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian mengonfirmasi serangan itu tiga hari kemudian, mengungkapkan “kejutan mendalam” Beijing dan mengeluarkan kecaman keras atas insiden tersebut.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *