loading…
Kapten kapal perusak USS John S McCain, Cameron Yaste, diberhentikan dari tugasnya oleh Angkatan Laut AS setelah fotonya viralnya yang memegang senapan. Foto/Stars and Stripes
Siaran pers Angkatan Laut AS pada Rabu (4/9/2024) mengatakan kapten kapal perusak USS John S McCain, Cameron Yaste, telah diberhentikan.
Fotonya dibagikan di media sosial Angkatan Laut AS pada April lalu dan viral. Foto itu dianggap memalukan mengingat posisinya sebagai seorang komandan Angkatan Laut Amerika.
Foto itu menunjukkan Yaste dalam posisi menembak sambil memegang senapan dengan optik yang dipasang terbalik. Foto tersebut memicu olok-olokan secara daring, termasuk oleh Korps Marinir AS.
Meskipun Angkatan Laut tidak secara eksplisit mengutip foto tersebut sebagai alasan untuk memberhentikan Yaste dari tugasnya, Angkatan Laut menyatakan: “[Angkatan Laut] memegang teguh standar tertinggi dan meminta pertanggungjawaban para perwiranya ketika standar tersebut tidak dipenuhi.”
“Komandan USS John S McCain diberhentikan pada 30 Agustus karena kehilangan kepercayaan pada kemampuannya untuk memimpin kapal perusak berpeluru kendali itu,” kata Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan, yang mencatat bahwa pemecatan Yates tidak memengaruhi misi atau jadwal kapal perang tersebut.
Sementara itu, AS telah mengerahkan dua kelompok penyerang kapal induknya ke Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, khususnya antara Israel dan Iran. Washington telah berulang kali mengatakan akan membela Israel terhadap setiap serangan potensial.
USS John McCain adalah bagian dari kelompok penyerang kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Bulan lalu, kelompok penyerang kapal induk USS Abraham Lincoln juga bergabung setelah pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, dan agen senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Israel telah mengeklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Shukr dan mengancam akan melakukan lebih banyak serangan terhadap Hizbullah di Lebanon. Namun, Tel Aviv tidak mengaku atau pun membantah keterlibatannya dalam pembunuhan Haniyeh.
Iran telah berjanji untuk memberikan “hukuman keras” kepada negara Yahudi tersebut atas pembunuhan Haniyeh, yang memicu kekhawatiran di Washington bahwa Teheran dapat melakukan serangan gabungan terhadap Israel bersama dengan berbagai kelompok pro-Palestina seperti Hizbullah dan Houthi Yaman.
(mas)