loading…
Para warga Palestina di Gaza menolak rencana pengusiran oleh Presiden AS Donald Trump. Mereka berekad hidup atau mati tetap di Gaza. Foto/Anadolu
Trump, dalam konferensi pers hari Selasa di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengusulkan “kepemilikan jangka panjang” atas Gaza oleh Amerika Serikat.
Usulannya itu muncul beberapa hari setelah usulan lainnya yang mengejutkan, yakni ingin penduduk Gaza direlokasi ke Yordania dan Mesir.
“Kami hanya punya satu pilihan: hidup atau mati di sini,” kata Ahmed Halasa, seorang warga Kota Gaza berusia 41 tahun, yang berdiri di dekat reruntuhan bangunan yang roboh, kepada AFP, yang dilansir Kamis (6/2/2025).
Bahkan dengan sebagian besar wilayah utara yang hancur, ratusan ribu warga Gaza telah kembali sejak akhir Januari, bagian dari gencatan senjata yang rapuh yang telah menghentikan lebih dari 15 bulan perang antara Israel dan Hamas.
“Kami kembali meskipun terjadi kerusakan besar dan meskipun kurangnya infrastruktur, air, dan kebutuhan pokok,” kata Ahmed al-Minawi (24), yang kembali bersama keluarganya di Kota Gaza.
“Kami kembali karena kami dengan tegas menolak pemindahan,” katanya lagi.
“Mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi kami akan tetap teguh di tanah air kami,” imbuh Halasa.”
Bagian utara Gaza, yang meliputi Kota Gaza, sangat terpukul oleh pertempuran selama perang dan terutama sejak Israel melancarkan serangan besar di daerah tersebut pada bulan Oktober.