Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Jurnalis Wanita yang Sebut Istri Macron Seorang Pria Mencari Suaka di Rusia



loading…

Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama istrinya. Foto/Christian Liewig/Corbis

PARIS – Jurnalis Prancis Natacha Rey yang mengklaim istri Presiden Prancis Emmanuel Macron terlahir sebagai seorang pria, mengatakan dia mencari suaka politik di Rusia.

Dalam wawancara dengan Izvestia, Rey dan pengacaranya, Francois Danglehant, mengutip “penganiayaan” di Prancis sebagai alasan keputusannya.

Pada tahun 2021, Rey menuduh Brigitte Macron sebenarnya adalah identitas transgender dari saudara laki-lakinya, Jean-Michel Trogneux.

Rey menghabiskan tiga tahun untuk meneliti rahasia Macron dan kemudian menerbitkan video tentang temuannya di media sosial. Sejak saat itu, Rey telah menjadi subjek tindakan hukum di Prancis.

Dalam wawancara pada hari Senin (3/2/2025) yang menjelaskan keputusannya mencari suaka di Rusia, Rey menggambarkan Rusia sebagai negara demokrasi yang hebat dibandingkan dengan Prancis, yang, menurut pandangannya, menganiaya oposisi politik dan membatasi kebebasan berbicara.

“Mengapa saya memilih Rusia? Karena Rusia adalah negara besar, peradaban besar yang saya kagumi, yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan Kristen yang melekat pada diri saya,” ungkap dia kepada Izvestia.

Menurut Rey, “Rusia telah menjadi korban kampanye disinformasi dan serangan yang tidak dapat dibenarkan oleh media Eropa dan Amerika selama beberapa dekade.”

Pengacaranya bersikeras tuduhan terhadap Rey “dibuat-buat.” Menurutnya, kesaksian palsu diberikan oleh mantan anggota keluarga Brigitte Macron, termasuk mantan suaminya, Jean-Louis Auziere.

Nyonya Macron menggugat Rey pada tahun 2022 atas pencemaran nama baik dan pelanggaran privasinya.

Tahun lalu, pengadilan Paris mendenda Rey dan memerintahkannya membayar ganti rugi sebesar USD8.200 kepada istri presiden Prancis tersebut.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *