loading…
Pasukan Israel mengusir ratusan warga Palestina dari Jabalia, utara Gaza, dan melarang mereka membawa jasad kerabat mereka. Foto/Screengrab video CNN
Langkah itu dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa Israel sedang melaksanakan “Rencana Jenderal”—proposal kontroversial untuk membersihkan etnis Palestina di utara Gaza dan mendudukinya tanpa batas waktu.
Warga Palestina yang dipaksa meninggalkan Gaza utara di sepanjang “rute aman” ke selatan telah melaporkan melihat jalanan dipenuhi mayat orang-orang yang dibunuh oleh pasukan Israel.
Tentara Israel telah melarang mereka yang diusir membawa serta korban luka atau meninggal.
“Kami meninggalkan tempat itu sambil meninggalkan mayat dan orang-orang yang terluka meminta pertolongan tanpa kami dapat merawat mereka,” kata Yaser Hamad, warga Jabalia, seperti dikutip oleh Al-Araby Al-Jadeed, layanan berbahasa Arab milik The New Arab, Kamis (24/10/2024).
Hamed telah mencari perlindungan bersama keluarganya selama 17 hari di sebuah tempat penampungan di Jabalia hingga serangan Israel menghantam tempat penampungan itu pada hari Senin.
“Di antara para martir itu adalah putra saya Ahmed, yang tidak dapat saya ucapkan selamat tinggal, peluk untuk terakhir kalinya, atau bahkan kafan dan kuburkan dengan layak,” kata Hamed.
Gambar-gambar yang diunggah di media sosial menunjukkan warga Palestina dari segala usia ditangkap dan dipaksa melarikan diri dengan berjalan kaki.
Diaa al-Kahlout, koresponden Al-Araby Al-Jadeed di Gaza, mengatakan pasukan Israel terus menargetkan warga sipil yang melarikan diri dari daerah itu.
“Pesawat nirawak Israel menargetkan pengungsi internal yang melarikan diri dari neraka rudal dan serangan darat dengan amunisi aktif di Tal al-Zaatar dan sekitar sekolah UNRWA di proyek Beit Lahia dan Jabalia, dan pesawat nirawak kecil ini sekarang mengendalikan daerah sekitar serangan dan melakukan operasi untuk mempersiapkan kemajuan darat lebih lanjut,” kata Kahlout.