Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Iran Siap Hadapi Pembatasan Ekspor Minyak setelah Trump Menjabat



loading…

Kilang Isfahan, salah satu kilang terbesar di Iran dan dianggap sebagai kilang pertama di negara tersebut dalam hal keragaman produk minyak bumi di Isfahan, Iran pada 08 November 2023. Foto/Fatemeh Bahrami/Anadolu Agency

TEHERAN – Iran telah membuat rencana untuk mempertahankan produksi dan ekspor minyaknya dan siap menghadapi kemungkinan pembatasan minyak dari pemerintahan Donald Trump mendatang.

Menteri Perminyakan Iran Mohsen Paknejad menegaskan hal itu, dilansir Reuters dan situs web berita Kementerian Perminyakan Shana.

Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri dari pakta nuklir 2015 dengan Iran dan memberlakukan kembali sanksi yang merugikan sektor minyak Iran, dengan produksi turun menjadi 2,1 juta barel per hari (bph) selama masa jabatannya.

“Langkah-langkah yang diperlukan telah diambil. Saya tidak akan menjelaskan secara rinci tetapi rekan-rekan kami di sektor minyak telah mengambil langkah-langkah untuk menangani pembatasan yang akan terjadi dan tidak ada alasan untuk khawatir,” ungkap Paknejad.

Dalam beberapa tahun terakhir, produksi minyak Iran telah pulih menjadi sekitar 3,2 juta barel per hari menurut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), di mana Iran menjadi anggotanya.

Ekspor minyak Iran telah meningkat tahun ini mendekati level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir sebesar 1,7 juta barel per hari meskipun ada sanksi AS.

Perusahaan penyulingan minyak China membeli sebagian besar pasokannya. Beijing mengatakan tidak mengakui sanksi sepihak AS.

(sya)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *