Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Inggris setelah Brexit, Jadi Negara Adikuasa atau Makin Mundur?



loading…

Inggris masih mengalami banyak kesulitan dengan Brexit. Foto/X/@visitlondon

LONDON – Pendukung keluarnya Inggris dari UE telah lama berpendapat bahwa langkah tersebut akan menjamin kebebasan dan peluang ekonomi yang lebih besar diInggris.

Namun, setengah dekade kemudian, banyak tantangannya masih belum terselesaikan, karena gangguan perdagangan, perpecahan politik, dan ketidakpastian ekonomi terus membentuk realitas pasca-UE di negara tersebut.

Meskipun kerja sama keamanan tetap kuat dengan blok tersebut, rintangan ekonomi dan perdagangan masih sangat membebani prospek Inggris.

Namun, satu hal yang jelas: Brexit masih jauh dari kata “selesai.” Brexit masih menjadi realitas yang sedang berlangsung yang akan membentuk hubungan Inggris-UE selama bertahun-tahun mendatang.

Pada tahun 2020, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson saat itu secara resmi memimpin Inggris keluar dari UE dengan janji untuk “Menyelesaikan Brexit.”

Negara tersebut juga meninggalkan pasar tunggal dan serikat pabean UE setahun kemudian, yang memutus integrasi ekonomi selama hampir setengah abad.

Baca Juga: Drama dan Strategi Hamas Menata Diri

Sebuah laporan dari UK in a Changing Europe mengungkapkan bahwa banyak solusi Brexit yang seharusnya masih belum tertangani — atau malah memburuk.

Dari kemerosotan ekonomi hingga masalah hukum dan devolusi yang belum terselesaikan, warisan Brexit terus membentuk lanskap politik dan ekonomi Inggris.

Kini, dengan pemerintahan Buruh di bawah Keir Starmer yang menyerukan “pengaturan ulang” hubungan Inggris-UE, muncul pertanyaan kunci: Seperti apa sebenarnya masa depan Brexit?

Ingris setelah Brexit, Jadi Negara Adikuasa atau Makin Mundur?

1. Kenyataan Pahit Perdagangan Pasca-Brexit

Melansir Anadolu, dampak terbesar dan paling langsung dari Brexit adalah pada perdagangan, dengan penurunan yang nyata dalam perdagangan Inggris-UE, menurut laporan tersebut.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *