loading…
IMF proyeksikan perekonomian China merosot di tengah perang dagang dengan AS. Foto/Screengrab video SCMP
Penurunan ini diproyeksikan terjadi meski sejumlah paket stimulus telah disuntikkan oleh rezim Presiden China Xi Jinping dalam beberapa waktu terakhir.
Mengutip dari Financial Post, Minggu (3/11/2024), laporan terbaru IMF menyoroti sektor properti China yang melemah dan rendahnya belanja konsumen sebagai alasan utama kegagalan ekonominya.
IMF telah memperkirakan tingkat pertumbuhan China sebesar 4,5 persen pada tahun 2025, meski ada sejumlah langkah yang diambil seperti peningkatan ekspor neto dan lebih banyak dana yang dikeluarkan untuk mendukung pertumbuhan negara.
Kesengsaraan China tidak berakhir di sini karena perang dagangnya yang terus-menerus dengan Amerika Serikat (AS) telah mengakibatkan tarif baru yang saling dikenakan oleh kedua negara, dan tarif perdagangan ini memiliki konsekuensi ekonomi tersendiri bagi negara-negara di seluruh dunia.
Wakil Direktur IMF Gita Gopinath selama ini telah menyoroti eskalasi AS-China dan dampak globalnya bagi pihak lain.
“Kami melihat ada banyak perdagangan yang didorong faktor geopolitik di seluruh dunia. Itulah sebabnya jika Anda melihat perdagangan secara keseluruhan terhadap PDB, maka kondisinya bisa terlihat berjalan dengan baik. Tetapi, mengenai siapa yang berdagang dengan siapa, pastinya ada perubahan,” kata Gopinath dalam sebuah jumpa pers.
Peningkatan jumlah tarif perdagangan antara China, Uni Eropa, dan AS telah terjadi sepanjang 2024. Baik Uni Eropa (UE) maupun AS telah menyoroti praktik perdagangan yang tidak adil dan produksi berlebihan oleh China sebagai alasan untuk menaikkan tarif karena para pelaku industri lokal merasa tertipu.
China juga dalam tanggapannya menerapkan beberapa tarif sementara yang baru dan lebih tinggi pada sejumlah impor AS dan UE di saat ketegangannya dengan AS terus berlanjut.