Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Dulu Menentang, Sekarang Arab Saudi Dukung Kesepakatan Nuklir Iran-AS, Mengapa?



loading…

Dulu menentang, sekarang Arab Saudi mendukung tercapainya kesepakatan nuklir Teheran antara Iran dengan AS. Foto/SPA

RIYADH – Sepuluh tahun lalu, ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan para pemimpin negara besar lainnya mencapai kesepakatan dengan Iran untuk membatasi program nuklir Teheran, Arab Saudi merasa kecewa.

Para pejabat Saudi saat itu menyebutnya sebagai “kesepakatan lemah” yang hanya membuat Iran, rival regional kerajaan itu, semakin berani.

Riyadh bahkan “bersorak” ketika penerus Obama, Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir Iran itu pada tahun 2018.

Sekarang, ketika pemerintahan Trump kedua bernegosiasi dengan Iran mengenai kesepakatan yang mungkin memiliki kontur yang sangat mirip dengan yang sebelumnya, pandangan dari Arab Saudi tampak sangat berbeda.

Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka berharap pembicaraan tersebut, yang dimediasi oleh Oman, akan meningkatkan “perdamaian di kawasan dan dunia.”

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bahkan mengutus saudaranya, Menteri Pertahanan Pangeran Khalid bin Salman, ke Teheran, di mana dia disambut hangat oleh para pejabat Iran yang mengenakan pakaian militer.

Pangeran Khalid kemudian menyerahkan surat Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud langsung kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, seorang pria yang pernah dicemooh Pangeran Mohammed bin Salman karena dianggap membuat “Hitler tampak baik.”

Apa yang berubah? Hubungan antara Arab Saudi dan Iran telah menghangat selama dekade terakhir. Yang tak kalah pentingnya, Arab Saudi tengah menjalankan program diversifikasi ekonomi yang dimaksudkan untuk mengubah kerajaan tersebut dari ketergantungan yang berlebihan pada minyak menjadi pusat bisnis, teknologi, dan pariwisata.

Prospek pesawat nirawak dan rudal Iran yang terbang di atas Arab Saudi karena ketegangan regional menimbulkan ancaman serius terhadap rencana tersebut.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *