Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Dendam Pribadi, Trump Berencana Perberat Sanksi Iran



loading…

Presiden terpilih AS Donald Trump. Foto/tagtik

WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menekan Iran guna melemahkan dugaan dukungannya terhadap Hamas dan Hizbullah.

Rencana itu dilaporkan Wall Street Journal (WSJ) pada Kamis (7/11/2024), mengutip beberapa sumber.

Pendekatan tersebut kabarnya akan serupa dengan kebijakan ‘tekanan maksimum’ yang menandai masa jabatan pertama Trump, dan dapat diperburuk oleh dendam pribadi atas tuduhan Teheran berencana membunuhnya.

Dikenal luas sebagai orang yang agresif terhadap Iran, Trump mempelopori penarikan sepihak Amerika dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, yang berupaya mengekang program nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi yang signifikan.

Trump berpendapat kesepakatan itu tidak banyak membantu mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir dan memberlakukan kembali sanksi minyak, perdagangan, dan keuangan yang melumpuhkan negara tersebut.

Pada tahun 2020, Trump mengizinkan serangan yang menewaskan Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds Iran yang merupakan tokoh populer di negara tersebut. Tindakan itu semakin meningkatkan ketegangan AS-Iran.

Mantan pejabat Trump yang diwawancarai WSJ percaya bahwa ketika presiden terpilih dilantik pada bulan Januari, pendekatannya terhadap Iran “kemungkinan besar akan diwarnai oleh pengetahuan bahwa agen-agennya mencoba membunuhnya dan mantan ajudan keamanan nasional utama setelah mereka meninggalkan jabatan.” Teheran membantah pernah memiliki rencana semacam itu.

Mick Mulroy, pejabat tinggi Pentagon yang bertugas dalam pemerintahan Trump, mencatat, “Orang cenderung menganggap hal itu sebagai sesuatu yang pribadi.”

Dia menambahkan, “Jika dia (Trump) akan bersikap agresif terhadap negara tertentu, yang ditunjuk sebagai musuh utama, itu adalah Iran.”

Sumber-sumber WSJ yang mengetahui rencana presiden terpilih tersebut mengatakan, “Timnya akan bergerak cepat untuk mencoba menghentikan pendapatan minyak Iran, termasuk mengejar pelabuhan dan pedagang asing yang menangani minyak Iran.”



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *