Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Balas Perang Tarif Trump, Presiden China Xi Jinping Galang Kekuatan di ASEAN



loading…

Presiden China Xi Jinping bertemu Raja Malaysia Sultan Ibrahim Iskandar dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Foto/X

BEIJING – Ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memulai babak baru dalam kebijakan ekonominya dengan menaikkan tarif terhadap produk-produk asal China, dunia menyaksikan babak baru konflik dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Perang dagang ini bukan hanya menekan China, tetapi juga mengguncang tatanan perdagangan global.

Tak tinggal diam, Presiden China Xi Jinping mengambil langkah strategis: mengalihkan fokus ekonomi dan diplomasi ke negara-negara Asia Tenggara melalui kerja sama yang lebih erat dengan Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Langkah ini bukan hanya bentuk perlawanan terhadap tekanan ekonomi AS, tetapi juga cerminan visi panjang China dalam membentuk poros baru kekuatan ekonomi dunia di Asia.

Berikut ini bagaimana Presiden Xi Jinping memanfaatkan ASEAN sebagai benteng pertahanan ekonomi sekaligus ladang perluasan pengaruh geopolitik China di tengah gelombang proteksionisme global yang digalang Trump.

Perang Dagang AS-China Dimulai 2018

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok secara resmi dimulai pada 2018, ketika Presiden Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap ratusan miliar dolar produk impor dari China.

Trump saat itu menuduh Beijing mencuri kekayaan intelektual AS, memanipulasi mata uang, dan menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil.

Sebagai balasan, China juga menaikkan tarif terhadap produk-produk asal AS, termasuk kedelai dan barang pertanian lainnya.

Namun di balik narasi perang dagang ini, terdapat dinamika geopolitik yang lebih dalam. Amerika ingin membendung kebangkitan China sebagai kekuatan ekonomi dan teknologi global, sementara Beijing sendiri berusaha meneguhkan posisinya sebagai pemimpin global alternatif dengan strategi diplomatik, ekonomi, dan infrastruktur yang dikenal dengan nama Belt and Road Initiative (BRI).

ASEAN: Mitra Strategis dalam Krisis Global

Dalam konteks ini, ASEAN muncul sebagai kawasan yang sangat strategis. Dengan lebih dari 660 juta penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, ASEAN menjadi mitra dagang yang sangat menarik.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *