loading…
Presiden Suriah Bashar al-Assad. Foto/anadolu
AS bekerja sama dengan Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk mengajukan tawaran kepada Assad, menurut laporan yang diterbitkan The New York Times pada hari Rabu (4/12/2024).
Laporan tersebut memberikan sedikit rincian, seperti siapa yang menyampaikan pesan kepada Assad dan bagaimana AS dan Israel membayangkan pemimpin Suriah itu akan menyingkirkan Iran dari negaranya.
Assad sangat bergantung pada dukungan udara Rusia dan pasukan darat Iran, terutama dalam bentuk pejuang Syiah dan Hizbullah, untuk tetap berkuasa.
Rusia dan Iran membantu Assad merebut kembali kendali sebagian besar Suriah dari pemberontak oposisi, termasuk yang didukung negara-negara Teluk, sekitar satu dekade lalu.
Cengkeraman lemah Assad di Suriah telah terancam secara serius sejak pekan lalu ketika Ha’yat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak Salafi yang bermarkas di Suriah barat laut, dan milisi lain yang didukung Turki yang disebut Tentara Nasional Suriah melancarkan serangan mendadak.
Mereka menyapu garis depan Assad, merebut kota kedua Suriah, Aleppo, dan sekarang terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Assad di Hama.
Menurut laporan tersebut, tawaran kepada Assad datang sebelum serangan HTS.
Sanksi Caesar
Tawaran tersebut mencakup janji bantuan ekonomi Teluk dan rencana mengurangi sanksi AS terhadap Damaskus.
Sanksi paling melemahkan terhadap Assad dijatuhkan oleh AS pada tahun 2020 berdasarkan Undang-Undang Caesar, yang dinamai menurut nama seorang fotografer militer Suriah yang menyelundupkan puluhan ribu foto mengerikan ke luar negeri yang mendokumentasikan bukti kejahatan perang.