loading…
Presiden terpilih AS Donald Trump bicara peluang perang melawan Iran selama masa jabatan berikutnya di Gedung Putih. Foto/The New York Times
Wawancara itu bertepatan dengan saat dia dinobatkan sebagai “Person of The Year (Tokoh Tahun Ini)” oleh majalah tersebut.
“Apa pun bisa terjadi. Apa pun bisa terjadi. Ini situasi yang sangat tidak stabil,” kata Trump, sebelum melanjutkan dengan mengatakan bahwa menurutnya hal paling berbahaya yang terjadi sekarang adalah Ukraina yang menembakkan rudal ke Rusia, yang menurutnya merupakan eskalasi besar.
Trump sebelumnya telah mengancam Iran, yang Korps Garda Revolusi Islam (IRGC)-nya telah berusaha membunuhnya, menurut pemerintah AS. Iran telah membantah klaim tersebut.
Selama masa jabatan pertamanya, pada tahun 2020, Trump memerintahkan serangan udara AS yang menewaskan komandan militer terkenal Iran, Qassem Soleimani.
Trump pada tahun 2018 juga mengingkari kesepakatan nuklir yang dibuat oleh pendahulunya; Barack Obama, pada tahun 2015 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi AS terhadap Iran yang telah dilonggarkan.
Kesepakatan nuklir tersebut telah membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, sebuah proses yang dapat menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.
Sementara itu, Angkatan Udara Israel sedang melakukan persiapan untuk serangan potensial terhadap fasilitas nuklir Iran. Itu diungkap pejabat militer Zionis kepada Times of Israel.
Menurut laporan tersebut, Tel Aviv percaya bahwa pengambilalihan Suriah yang tiba-tiba oleh pemberontak “jihadis” telah melemahkan posisi Teheran di kawasan tersebut, yang dapat mendorong Iran untuk mempercepat program nuklirnya.