Agama Warga Negara Jepang dan Persentasenya



loading…

Para pendeta Shinto memegang payung tradisional selama ritual penyucian diri selama Festival Musim Semi tahunan di Tokyo, Jepang. Foto/REUTERS

TOKYO – Jepang, negara kepulauan dengan sejarah panjang dan budaya yang kaya, memiliki lanskap keagamaan yang unik.

Meskipun secara historis Shinto dan Buddha merupakan agama utama, masyarakat Jepang saat ini cenderung mengikuti praktik sekuler dengan pengaruh dari berbagai tradisi agama.

Shinto, agama asli Jepang, telah menjadi bagian integral dari budaya Jepang sejak zaman kuno. Agama Buddha, yang diperkenalkan dari daratan Asia pada abad ke-6, telah hidup berdampingan dengan Shinto dan bahkan saling melengkapi dalam beberapa aspek.

Kedua agama ini pernah menjadi agama utama negara pada periode yang berbeda dalam sejarah Jepang.

Sejak diperkenalkannya Konstitusi Jepang pada tahun 1947, sekularisme telah menjadi ciri khas masyarakat Jepang. Tidak ada satu agama yang mendominasi, dan masyarakat cenderung mengikuti kombinasi praktik dari berbagai tradisi agama.

Data Agama di Jepang

Menurut Buku Tahunan Agama edisi 2022 oleh Badan Urusan Kebudayaan Jepang, jumlah penganut masing-masing agama adalah sebagai berikut:

1. Shinto: 87.924.087 (48,5%)

Praktik keagamaan sehari-hari sering kali lebih bersifat budaya daripada spiritual.

Upacara Shinto, seperti festival Matsuri dan perayaan Shichi-Go-San, lebih banyak dihadiri sebagai bagian dari tradisi budaya daripada ekspresi kepercayaan religius yang mendalam.

2. Buddha: 83.971.139 (46,3%)

Buddhisme memiliki peran penting dalam upacara pemakaman di Jepang. Meskipun banyak orang Jepang tidak secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan Buddhis sehari-hari, mereka sering kali memilih upacara pemakaman Buddhis karena dianggap sebagai tradisi.

3. Kristen: 1.909.757 (1%)

Sinretisme, atau penggabungan praktik dari dua agama atau lebih, sangat umum di Jepang. Banyak orang Jepang merayakan Natal dan Paskah dengan cara yang lebih sekuler, mengadopsi aspek-aspek budaya dari agama Kristen tanpa keterikatan teologis yang kuat.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *