7 Pandangan Orang Israel terhadap Konflik Gaza, dari Lelah Beperang hingga Rugi hingga Rp1.091 triliun


loading…

Rakyat Israel sudah lelah berperang di Gaza. Foto/AP

GAZA – Ketika perang di Gaza yang berlangsung penuh kekerasan selama delapan bulan, rakyat Israel sudah sudah menunjukkan kelelahan.

Kolom-kolom di The Jerusalem Post berbicara tentang kelelahan ketika mereka berada di pinggiran Gaza. Apalagi, para tentara cadangan mengatakan kepada para jurnalis Amerika tentang jumlah korban yang diakibatkan oleh kekerasan yang tak henti-hentinya.

Tak satu pun dari kekhawatiran ini, meluas ke lebih dari 36.000 warga Palestina yang terbunuh sejauh ini.

7 Pandangan Orang Israel terhadap Konflik Gaza, dari Lelah Beperang hingga Rugi hingga Rp1.091 triliun

1. Dukungan Perang Makin Melemah

7 Pandangan Orang Israel terhadap Konflik Gaza, dari Lelah Beperang hingga Rugi hingga Rp1.091 triliun

Foto/AP

“Saya yakin dukungan masyarakat Israel terhadap perang ini mungkin melemah,” kata Shai Parnes melalui telepon dari Yerusalem, “tetapi mungkin bukan karena alasan yang Anda pikirkan.”

Parnes, juru bicara LSM Israel B’Tselem, yang mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina, berbicara mengenai hubungan yang lemah mengenai rasa sakit yang terus-menerus di masyarakat Israel atas tidak adanya tawanan yang dibawa ke Gaza pada tanggal 7 Oktober.

2. Kerugian Ekonomi Mencapai Rp1.091 triliun

7 Pandangan Orang Israel terhadap Konflik Gaza, dari Lelah Beperang hingga Rugi hingga Rp1.091 triliun

Foto/AP

Selain itu, dampak ekonomi dari perang tersebut juga sudah dirasakan Israel. Seain itu, jumlah korban jiwa dari pasukan cadangan yang beberapa kali mengganggu pekerjaan atau studi mereka untuk berperang di daerah kantong yang terkepung, yang saat ini sebagian besar hanya berupa puing-puing.

“Total biaya militer dan sipil akibat perang terhadap Israel diperkirakan mencapai 253 miliar shekel (USD67 miliar) atau Rp1.091 triliun antara tahun 2023 dan 2025,” Gubernur Bank Israel Amir Yaron memperingatkan pada sebuah konferensi pada akhir Mei.

Di antara pasukan cadangan, yang tidak diberi tanggal berakhirnya konflik, dukungan terhadap perang tetap ada, bahkan ketika nyawa yang terkuras akibat gangguan yang tiada henti mulai terlihat.

“Saya benar-benar ingin tahu seperti apa akhirnya nanti,” kata Lia Golan, 24, seorang instruktur tank cadangan dan mahasiswa di Universitas Tel Aviv kepada The Washington Post minggu ini. “Dan belum ada seorang pun yang memberi tahu kami apa maksudnya.”

Golan menggambarkan penderitaan emosional akibat nasib para tawanan Israel yang tidak diketahui, terbunuhnya tentara, dan warga Israel kehilangan tempat tinggal. Dia sama sekali tidak menyebutkan orang-orang Palestina yang terbunuh dan terlantar.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *