7 Fakta Menarik Hassan Nasrallah, Salah Satunya Memimpin Perubahan Hizbullah



loading…

Hassan Nasrallah dikenal sebagai pemimpin Hizbullah yang membawa banyak perubahan. Foto/Al Manar

BEIRUT – Hassan Nasrallah, pemimpin lama Hizbullah , tewas dalam serangan udara besar-besaran Israel di Beirut pada Jumat malam, kelompok yang berbasis di Lebanon itu telah mengonfirmasi. Tentara Israel telah mengklaim pembunuhan itu sebelumnya pada hari itu.

7 Fakta Menarik Hassan Nasrallah, Salah Satunya Memimpin Perubahan Hizbullah

1. Mencapai Puncak Popularitas pada 2006

Melansir Al Jazeera, Nasrallah, yang mencapai puncak popularitasnya setelah perang dengan Israel pada tahun 2006, dipandang sebagai pahlawan oleh banyak orang, tidak hanya di Lebanon tetapi juga di luar negeri. Melawan Israel adalah hal yang mendefinisikan dirinya dan kelompoknya yang didukung Iran, Hizbullah, selama bertahun-tahun.

Namun, itu berubah ketika Hizbullah mengirim para pejuang ke Suriah untuk menghancurkan pemberontakan yang mengancam pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Nasrallah tidak lagi dipandang sebagai pemimpin gerakan perlawanan, melainkan pemimpin partai Syiah yang memperjuangkan kepentingan Iran, dan dikritik oleh banyak negara Arab.

Bahkan sebelum keterlibatan Hizbullah dalam perang di Suriah, Nasrallah telah gagal meyakinkan banyak orang di dunia Arab Muslim Sunni bahwa gerakannya tidak berada di balik pembunuhan mantan perdana menteri Lebanon, Rafik Hariri, pada tahun 2005. Pengadilan internasional mendakwa empat anggota kelompok tersebut atas pembunuhan tersebut dan satu orang kemudian dihukum.

2. Saat Kecil Suka Menatap Foto Ulama Syiah

Lahir pada tahun 1960, masa kecil Nasrallah di Beirut Timur diselimuti mitologi politik. Sebagai salah satu dari sembilan bersaudara, ia dikatakan saleh sejak usia dini, sering berjalan-jalan ke pusat kota untuk mencari buku-buku bekas tentang Islam.

Nasrallah sendiri telah menggambarkan bagaimana ia menghabiskan waktu luangnya sebagai seorang anak dengan menatap dengan penuh hormat potret ulama Syiah Musa al-Sadr – sebuah hobi yang meramalkan perhatiannya di masa depan terhadap politik dan komunitas Syiah di Lebanon.

3. Mendirikan Gerakan Kaum Miskin

Melansir Al Jazeera, pada tahun 1974, Sadr mendirikan sebuah organisasi – Gerakan Kaum Miskin – yang menjadi inti ideologis bagi partai Lebanon yang terkenal dan saingan Hizbullah, Amal. Pada tahun 1980-an, Amal menambang dukungan dari kaum Syiah kelas menengah yang telah frustrasi dengan marginalisasi historis sekte tersebut di Lebanon, untuk tumbuh menjadi gerakan politik yang kuat.

Selain menyampaikan pesan anti kemapanan, Amal juga menyediakan pendapatan tetap bagi banyak keluarga Syiah, yang membuka sistem patronase yang kompleks di seluruh Lebanon selatan.

Setelah pecahnya perang saudara antara kaum Kristen Maronit dan Muslim di Lebanon, Nasrallah bergabung dengan gerakan Amal dan bertempur bersama milisinya. Namun seiring berjalannya konflik, Amal mengambil sikap yang sangat tidak simpatik terhadap kehadiran milisi Palestina di Lebanon.

Terganggu oleh sikap ini, Nasrallah berpisah dari Amal pada tahun 1982, tak lama setelah invasi Israel ke Lebanon, dan membentuk kelompok baru dengan dukungan Iran yang kemudian menjadi Hizbullah. Pada tahun 1985, Hizbullah telah mengkristalkan pandangan dunianya sendiri dalam sebuah dokumen pendirian, yang ditujukan kepada “orang-orang tertindas di Lebanon” dan menyebut Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khomeini dari Iran sebagai satu-satunya pemimpin sejatinya.

4. Pernah Terlibat Perang Saudara

Sepanjang perang saudara, Hizbullah dan Amal berkembang dalam hubungan yang sengit, sering kali saling berebut dukungan di antara para pendukung Syiah Lebanon. Pada tahun 1990-an, setelah banyak bentrokan berdarah dan dengan berakhirnya perang saudara, Hizbullah sebagian besar telah mengalahkan Amal dalam hal keunggulan di antara para pendukung Syiah Lebanon. Nasrallah menjadi sekretaris jenderal ketiga kelompok tersebut pada tahun 1992, setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, terbunuh oleh rudal Israel.

Sejak awal kariernya, pidato-pidato Nasrallah membantu memperkuat personanya sebagai sosok yang bijaksana dan rendah hati, yang sangat peduli dengan kehidupan masyarakat sehari-hari – seorang pemimpin yang menghindari bahasa Arab formal demi dialek yang digunakan di jalan, dan yang dilaporkan lebih suka tidur, setiap malam, di atas kasur busa sederhana di lantai.

5. Sukses Memadukan Politik dan Citra Keagamaan

Dalam buku The Hizbullah Phenomenon: Politics and Communication, pakar politik Dina Matar menggambarkan bagaimana kata-kata Nasrallah telah memadukan klaim politik dan citra keagamaan, menciptakan pidato dengan tegangan emosional tinggi yang mengubah Nasrallah menjadi “perwujudan sejati kelompok”.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *