loading…
Para pemilik toko menutup toko mereka dalam aksi mogok yang diorganisir warga Palestina untuk memprotes serangan Israel di Jalur Gaza, pada 7 April 2025, di Betlehem, Tepi Barat. Foto/Wisam Hashlamoun/Anadolu Agency
Laporan itu diungkap Federasi Umum Serikat Pekerja Palestina pada Rabu (30/4/2025).
Dalam pesan menjelang Hari Buruh Internasional, yang jatuh hari ini, Sekretaris Jenderal serikat pekerja, Shaher Saad, memperingatkan tentang peningkatan dramatis dalam pengangguran di seluruh masyarakat Palestina, dengan melaporkan jumlah total pengangguran kini telah mencapai 507.000 orang.
“Ribuan pekerja telah ditangkap, disiksa, menjadi korban penghilangan paksa, dan didenda oleh tentara pendudukan Israel tanpa alasan apa pun selain mengejar mata pencaharian, terutama setelah 7 Oktober 2023,” ungkap Saad.
“Sebagai akibat dari kesulitan ekonomi yang mereka hadapi, banyak warga Palestina terpaksa menjual barang-barang pribadi untuk mendapatkan penghasilan,” papar pejabat itu.
“Sekitar 89% pekerja Palestina tidak memiliki akses ke perlindungan sosial atau dana pensiun,” ujar dia, seraya menggambarkan pengangguran, kemiskinan, dan kelaparan sebagai ciri-ciri utama yang menandai Hari Buruh di Palestina tahun ini.
Dia memperkirakan total kerugian bulanan yang dihadapi pekerja Palestina mencapai 1,35 miliar shekel (sekitar USD372,5 juta).
Menurut pernyataan tersebut, 18 pekerja Palestina telah meninggal sejak awal tahun 2025 hingga 30 April, termasuk tiga orang yang dibunuh pasukan pendudukan Israel saat bepergian ke atau dari tempat kerja mereka.
Seorang warga Palestina lainnya jatuh dari lantai lima gedung di Yerusalem setelah pasukan pendudukan menyerbu lokasi tempat dia bekerja.
(sya)