loading…
Banyak peristiwa penting yang menjadi perhatian penting di Timur Tengah pada 2025. Foto/New Arab
Dari dinamika kekuatan Suriah yang berubah hingga perang di Gaza, hasil dari momen-momen penting ini akan bergema jauh melampaui kawasan tersebut. Dengan berbagai lapisan konflik dan diplomasi, tahun 2025 siap menjadi tahun transformasi.
5 Peristiwa Penting di Timur Tengah yang Jadi Perhatian pada 2025
1. Pelantikan Trump dan perubahan hubungan AS-Timur Tengah
Dengan Donald Trump yang akan memangku jabatan presiden Gedung Putih pada Januari 2025, implikasinya bagi Timur Tengah akan sangat mendalam. Kebijakan Trump yang mengutamakan Amerika, dikombinasikan dengan pendekatannya yang sering kali transaksional terhadap diplomasi, dapat memicu ketidakstabilan regional saat aliansi dikalibrasi ulang. Dukungan Trump yang tak tergoyahkan untuk Israel, khususnya dalam perangnya di Gaza, diperkirakan akan semakin dalam.
Meskipun Trump secara umum mendukung tindakan Israel, sikap pemerintahannya terhadap Palestina mungkin dibentuk oleh kecenderungan isolasionis dari tokoh-tokoh penting seperti Wakil Presiden terpilih James David Vance. Pendekatan Trump yang kontradiktif menambah kompleksitas lebih lanjut di kawasan tersebut. Ia menyerukan diakhirinya perang di Gaza sambil memberi tahu Benjamin Netanyahu, yang menghadapi tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, untuk ‘melakukan apa yang harus Anda lakukan’.
Melansir Arab News, bagi negara-negara Arab, khususnya yang dekat dengan Iran, seperti Arab Saudi dan UEA, terpilihnya kembali Trump dapat menandakan sikap keras terhadap Teheran. Pemerintahannya kemungkinan akan meningkatkan tekanan terhadap Iran, yang berpotensi memicu kembali ketegangan atas pengembangan nuklir dan uji coba rudal. Tekanan ini dapat memicu ketidakstabilan yang lebih besar di Teluk dan bagian lain kawasan tersebut, karena Iran tidak akan ragu untuk membalas.
2. Pemerintahan transisi Suriah dan berakhirnya rezim Assad
Melansir Arab News, transisi Suriah yang sedang berlangsung, yang akan menandai berakhirnya masa jabatan pemerintah transisi pada Maret 2025, akan menjadi titik balik yang penting bagi negara tersebut. Aktor eksternal, khususnya Turki dan Israel, akan memainkan peran yang menentukan dalam transisi ini, mengingat kepentingan mereka yang saling bersaing dalam masa depan negara tersebut.
Turki, setelah mendukung kelompok oposisi, telah memperluas pengaruhnya di Suriah utara, dan dengan keluarnya Bashar al-Assad, Ankara bertujuan untuk memperkuat pengaruhnya sambil melawan cengkeraman Iran di kawasan tersebut.
Namun, Israel memiliki rencana lain. Meskipun menyambut baik melemahnya pengaruh Iran, Israel tetap waspada terhadap meningkatnya peran Turki dan potensinya untuk membentuk tatanan Suriah pasca-Assad. Israel juga telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Suriah dan wilayah pendudukan, dalam upaya untuk memastikan bahwa Suriah tetap lemah dan tidak mampu menantangnya.
Perebutan geopolitik antara kekuatan-kekuatan ini kemungkinan akan meningkat pada tahun 2025, karena masing-masing bersaing untuk menguasai negara Suriah yang terpecah belah. Suriah diperkirakan akan tetap menjadi titik api ketegangan Turki-Israel, dengan kedua belah pihak bermanuver untuk mengamankan kepentingan strategis mereka.
3. Pembentukan pemerintahan dan krisis ekonomi Lebanon
Melansir Arab News, krisis politik Lebanon yang terus-menerus telah membuat negara itu terombang-ambing, tidak mampu membentuk pemerintahan yang berfungsi penuh sejak protes tahun 2019. Pada tahun 2024, Lebanon menghadapi tekanan yang meningkat untuk membentuk pemerintahan baru karena menghadapi keruntuhan ekonomi, inflasi, dan devaluasi pound Lebanon. Kekosongan kepemimpinan dan kelumpuhan kelembagaan memperburuk situasi yang sudah mengerikan.
Seruan internasional untuk pemerintahan yang lebih inklusif terus meningkat, terutama dari AS dan Eropa, yang menuntut pemerintahan yang berfungsi untuk mengatasi keruntuhan ekonomi Lebanon dan meningkatnya ancaman keamanan. Namun, pengaruh Hezbollah yang terus berlanjut dalam struktur politik Lebanon, meskipun kelompok tersebut sangat dilemahkan oleh perang Israel baru-baru ini, mempersulit prospek reformasi yang berarti.
Pada tahun 2025, Lebanon mungkin akan terjebak antara kebutuhan akan bantuan internasional dan tuntutan internal untuk kedaulatan. Ketahanan sistem politiknya dan kemampuan untuk membentuk pemerintahan kemungkinan akan menentukan apakah Lebanon akan bangkit dari krisisnya atau terus terjerumus ke dalam disintegrasi yang lebih jauh.
4. Meningkatnya kekerasan di Gaza dan jalan yang tidak pasti ke depannya
Melansir Arab News, Perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang meskipun ada pembicaraan gencatan senjata tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda, telah merenggut nyawa lebih dari 45.000 warga Palestina, dan melukai lebih dari 100.000 orang sejak 7 Oktober 2023.