Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

3 Negara Asia Musuh Rusia, Salah Satunya Tetangga Indonesia



loading…

Rusia memiliki banyak negara di Asia yang menjadi musuh bebuyutan. Foto/X/@Archives_Japan

MOSKOWRusia memiliki banyak negara musuh yang tersebar di seluruh dunia. Umumnya, musuh tersebut karena aliansi militer yang dibangun negara tersebut.

Rusia bukan hanya memiliki musuh di negara-negara Eropa semata, tetapi juga di Asia. Umumnya, negara yang menjadi musuh Moskow adalah mereka yang beraliansi dengan Amerika Serikat.

3 Negara Asia Musuh Rusia, Salah Satunya Tetangga Indonesia

1. Jepang

Rusia dan Jepang belum menandatangani perjanjian damai sejak Perang Dunia II dan memiliki sengketa teritorial atas apa yang disebut Moskow sebagai Kepulauan Kuril Selatan — sekumpulan empat pulau kecil — Etorofu, Kunashiri, Shikotan, dan kelompok pulau kecil Habomai yang dikuasai Rusia yang diidentifikasi Jepang sebagai Wilayah Utara.

Pada Konferensi Yalta 1945, bekas Uni Soviet setuju untuk memulai operasi militer di garis depan timur dengan imbalan menerima beberapa wilayah Jepang, termasuk Kepulauan Kuril.

Namun, setelah perang, dengan dimulainya Perang Dingin, yang didukung oleh negara-negara Barat, Jepang menolak kedaulatan Uni Soviet atas pulau-pulau tersebut.

Karena sengketa tersebut, Rusia dan Jepang tidak pernah menandatangani perjanjian damai dan secara teknis masih berperang.

Tokyo secara teratur memprotes kunjungan pejabat Rusia ke pulau-pulau tersebut.

Pihak berwenang Rusia mengkhawatirkan kemungkinan penempatan sistem rudal AS di pulau-pulau itu jika dikembalikan ke Jepang, yang dapat menimbulkan ancaman militer langsung terhadap Moskow.

Baca Juga: Perang Houti Berkobar di Bulan Suci

2. Korea Selatan

Rusia mengembangkan rencana ofensif yang menargetkan lokasi sipil dan militer di Korea Selatan jika terjadi perang dengan NATO.

Rencana yang bocor tersebut, yang disusun antara tahun 2008 dan 2014 untuk melatih perwira militer untuk menghadapi potensi konflik di sisi timur Rusia, dilaporkan masih dianggap “relevan dengan strategi Rusia” saat ini.

Dokumen tersebut menguraikan 160 target potensial, termasuk infrastruktur sipil dan militer seperti jalan, jembatan, pabrik, dan instalasi militer Korea Selatan yang bersekutu dengan NATO.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *