Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ratu Elizabeth Sempat Menolak Masuk Nominasi Penghargaan Nobel Perdamaian, Kenapa?



loading…

Semasa hidup, Ratu Elizabeth II sempat menolak masuk nominasi penghargaan Nobel Perdamaian. Foto/ getty

JAKARTA – Semasa hidup, Ratu Elizabeth II sempat menolak masuk nominasi penghargaan Nobel Perdamaian. Ratu nampaknya tidak tertarik untuk memenangkan penghargaan itu.

Mendiang Ratu yang meninggal pada 8 September 2022 di usia 96 tahun ini dipilih masuk nominasi Nobel Perdamaian karena karyanya “mengubah dan memperluas Persemakmuran.”

Dikutip People, Ratu disebut menolaknya, tetapi hal itu menjadi misteri abadi. Tidak terungkap alasan mendiang Ratu tidak mendapatkannya. Namun, alasannya mungkin cukup sederhana, mendiang Yang Mulia tampaknya tidak tertarik dengan penghargaan tersebut.

Meski para kandidat tidak perlu diajak berkonsultasi mengenai apakah mereka menginginkan penghargaan tersebut atau tidak, dalam kasus Ratu, Istana Buckingham dihubungi “pada lebih dari satu kesempatan” oleh para pemimpin Persemakmuran “untuk meminta petunjuk” dalam menominasikan Ratu.

“Mereka dengan sopan diberi tahu, ‘Terima kasih, tetapi tidak, terima kasih,'” kata Ratu dikutip Daily Mail yang mengutip seorang pejabat istana senior.

Pada 2018, kampanye agar Ratu Elizabeth memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian mencapai puncaknya, di mana The Telegraph melaporkan bahwa tokoh politik senior percaya bahwa Ratu harus diakui atas pengabdiannya selama 66 tahun kepada Persemakmuran sejak naik takhta pada 6 Februari 1952. Ia akhirnya mengabdi selama 70 tahun sebelum meninggal pada 2022.

Masalah ini ditanggapi dengan sangat serius sehingga The Telegraph melaporkan pada saat itu bahwa usulan untuk mencalonkan Ratu kemungkinan akan dibahas pada Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran berikutnya, dengan negara-negara Persemakmuran yang lebih kecil memimpin.

“Hal ini sedang dibahas oleh berbagai komisaris tinggi,” kata seorang sumber kepada media tersebut.

“Mereka ingin mencalonkannya atas apa yang telah dilakukannya untuk Persemakmuran,” ujarnya lagi.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *