loading…
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia momentum bangun perdamaian dunia. Foto/SINDOnews
Pertama, ini adalah kunjungan yang sangat penting dan diharapkan mendatangkan manfaat besar bagi penguatan hubungan antarumat beragama tidak saja di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Karena berbagai faktor, hubungan antarumat beragama sering terganggu.
“Agama-agama semestinya ditempatkan antara lain sebagai faktor penting bagi terwujudnya persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah/human fraternity), jangan dijadikan sebagai sumber kebencian (fobia), pertentangan dan bahkan penghancuran. Karena itu, saling respect dan menjaga agama-agama (hifdud Din) haruslah dilakukan oleh masyarakat dan negara,” kata Sudarnoto, Selasa (3/9/2024).
Banyak fakta yang menunjukkan kedaulatan kamanusiaan telah dihancurkan untuk berbagai motif. Kekuatan agama harus hadir untuk membela dan mengangkat derajat kemanusiaan.
“Kedua, kunjungan Paus menjadi momentum bersama di kalangan umat beragama untuk menegaskan dan memperkuat komitmen membangun perdamaian,” ujarnya.
Menurut dia, pertentangan dan peperangan misalnya yang terjadi di Palestina dan Rusia-Ukraina saat ini mengalami ekskalasi dan ini merusak perdamaian dunia. Karena itu, kekuatan agama-agama menjadi penting untuk misi perdamaian dan melawan segala bentuk penjajahan.
Ketiga, ia melihat jika Paus sangat memahami bahwa Indonesia sebagai negara dan bangsa yang mayoritas berpenduduk muslim memiliki peran yang sangat strategis antara lain dalam mengarusutamakan pandangan Wasatiyatul Islam.
Dalam pertemuan pemimpin,tokoh, ulama sedunia di Bogor beberapa tahun yang silam, disepakati prinsip-prinsip yang terkandung dalam ide besar Wasatiyatul Islam sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat internasional yang sedang menghadapi krisis multidimensi.
“Ditegaskan bahwa Indonesia menjadi pusat Wasatiyatul Islam global untuk dunia yang lebih adil dan sejahtera. Saya berkeyakinan Paus sejalan dengan prinsip Wasathiyatul Islam yang adalah satu prinsipnya toleransi antarumat beragama,” tuturnya.
Dia berharap kehadiran Paus ini menjadi momentum penting antara lain untuk membahas penyelesaian konflik yang terjadi di berbagai wilayah terutama Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel serta menciptakan perdamaian. Menurutnya, berbagai langkah politik dan diplomasi untuk menghentikan genosida Israel atas Palestina sudah dilakukan antara lain dengan melakukan genjatan senjata secara permanen.
“Akan tetapi langkah ini masih jauh dari harapan karena Israel tetap melancarkan serangan. Karena itu, diperlukan cara lain antara lain dengan melibatkan tokoh-tokoh lintas agama dalam proses penghentian peperangan (peace making), menciptakan perdamaian (peace building) dan memperkokoh aksi dan solidaritas kemanusiaan (human fraternity),” pungkasnya.
(cip)