loading…
Temuan Financial Fitness Index (FFI) 2024 menunjukkan, 80% anak muda menghabiskan uang untuk menyesuaikan gaya hidup dengan temannya. Foto/Dok
Temuan tersebut menunjukkan bahwa generasi muda saat ini lebih fokus pada kesenangan jangka pendek. Terlebih terungkap 80% anak muda menghabiskan uang untuk menyesuaikan gaya hidup dengan temannya.
Angka ini naik 73% dibanding tahun 2023. Menandakan bahwa potret akan FOMO (Fear of Missing Out) yang kuat masih terjadi di kalangan generasi muda.
Kondisi ini menggarisbawahi perlunya literasi keuangan yang lebih baik untuk membuat keputusan pengeluaran yang lebih bijak. Dengan memahami baik itu produk maupun layanan perbankan, maka manfaat yang diperoleh bisa maksimal.
Tapi meski demikian, OCBC menyebutkan skor finansial fitness Indonesia pada tahun 2024 berhasil stabil pada angka 41.25. Ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia telah berhasil mempertahankan hasil skor finansialnya.
Selain itu saat ini 25% generasi muda memiliki dana darurat (naik dari 17%) yang bisa bisa menjadi indikator adanya perubahan sikap dan mindset, terutama di kalangan muda yang tetap ingin menikmati hidup.
“Ini merupakan pencapaian yang patut di apresiasi bagi generasi muda, dimana sisi lain merekapun harus paham memanfaatkan produk perbankan untuk keputusan finansial yang cerdas,” kata Executive Director Marketing & Lifestyle Business OCBC, Amir Widjaya.
“Dengan informasi yang tepat, inklusi produk perbankan, dan pengelolaan keuangan yang baik, mereka bisa menjadi smart spender dan smart saver. Hasil akhirnya mereka akan menciptakan keseimbangan antara kesenangan saat ini dan kesejahteraan finansial jangka panjang,” lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Inggit Primadevi, Director Consumer Insights di NielsenIQ (NIQ) Indonesia. Ia mengutarakan, anak Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan perubahan positif dalam perilaku keuangan.
“Di antara mereka yang sudah mencatat keuangan, 41% sudah memiliki dana darurat (sebesar 6 bulan gaji), angka ini naik sebesar 12% dari tahun sebelumnya. Di sisi lain, anak muda yang belum melakukan pencatatan keuangan, baru 21% yang punya dana darurat,” ujar Inggit.
“Hal ini menandakan peningkatan kesadaran akan literasi keuangan, bukan hanya dalam pengetahuan tapi juga dalam praktik, dengan memiliki dana darurat dan menerapkan kebiasaan mencatat keuangan mereka,” pungkasnya.
(akr)