loading…
Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini meyakini jumlah calon tunggal bertambah pada Pilkada Serentak 2024. Foto/Tangkapan layar
“Pilkada 2024 akan menguatkan hegemoni calon tunggal. Bahkan calon tunggal diyakini bertambah,” kata Titi dalam webinar bertajuk Menggugat Fenomena Calon Tunggal Pilkada Serentak 2024 yang digelar oleh The Constitutional Democracy Initiative (CONSID), Minggu (4/8/2024).
Hal itu didasari lantaran Titi menilai, calon tunggal menjanjikan kemenangan. “Faktanya 98% dari calon tunggal menang. Ini yang kemudian membuat lebih baik bertarung dengan partai daripada bertarung dengan rakyat. Pragmatisme ini akhirnya membuat partai tidak mau bertaruh dengan suara rakyat,” ucapnya.
Baca Juga: Artis di Pilkada, Pendulang Suara atau Penggembira?
Di sisi lain, kata Titi, dominasi sentralisasi pencalonan dan otoritas penuh pada ketua umum partai untuk membuat keputusan. Hal itu terlihat kala proses pencalonan pada suatu figur diputuskan oleh ketua umum partai.
“Apa-apa ditentukan oleh DPP untuk akses pencalonan ke pilkada di daerah,” ucapnya.
Kemudian, kata Titi, adanya upaya mengonsolidasikan pencalonan pilpres di Pilkada 2024, salah satunya melalui Koalisi Indonesia Maju (KIM). Menurutnya, adanya KIM berpotensi melahirkan calon tunggal.
“Sebut saja misalnya di Banten, Kalimantan Timur, Jambi untuk tingkat provinsi. Yang berikut juga kalau di daerah misalnya potensi di Labuhan Batu Utara, Lingga, Maros, Passer, Sumenep. Kalau di tingkat kota ada di Batam. Ini beberapa data yang muncul. Bisa jadi deadlock pencalonan menjelang pendaftaran calon juga nanti akan menambah daftar daerah-daerah yang calon tunggal,” ucap Titi.
Terakhir, kata Titi, kondisi partai politik yang belum sepenuhnya pulih dari sisi soliditas internal, keuangan, dan pemenangan pascapemilu serentak 2024 itu membuat partai lebih pragmatis “Dan lebih beroririentasi ya sudahlah kita bagi-bagi lapak saja, daripada kemudian dia tambah berdarah-darah keluar uang dan dari sisi kerja kelembagaan, tetapi juga dari sisi analisis survei misalnya,” pungkasnya.
(rca)