Tentara Israel Tak Berdaya Menghadapi Perang Urban, Mengapa?



loading…

Tentara Israel tak berdaya menghadapi perang urban di Gaza. Foto/AP

GAZA – Taktik pertempuran Hamas dan “medan perkotaan yang padat” di lingkungan Shujayea di Kota Gaza menantang pasukan Israel yang telah menghabiskan waktu seminggu melakukan serangan darat di daerah tersebut. Itu menunjukkan tentara Israel tak berdaya menghadapi perang urban yang menjadi gaya pejuang Hamas.

Lembaga riset pertahanan yang berbasis di AS, Institute for the Study of War (ISW) dan Critical Threats Project (CTP) mengatakan bahwa pasukan Israel telah dipaksa untuk “membersihkan” gedung yang sama beberapa kali dari pejuang Palestina di Shujayea.

“Hamas dan pejuang Jihad Islam Palestina terus melakukan serangan kompleks terhadap pasukan Israel. Mereka menembakkan roket termobarik ke arah warga Israel yang telah membarikade diri mereka di gedung Shujayea, dan kemudian meledakkan alat peledak rakitan saat unit Israel mundur,” ungkap ISW dan CTP, dilansir Al Jazeera.

Pasukan Israel yang dikerahkan di Koridor Netzarim, yang terletak di selatan Kota Gaza, juga mendapat serangan roket dan mortir pada hari Jumat dari Hamas dan pejuang Komite Perlawanan Populer.

Sementara itu, di kota Rafah di selatan, Hamas dan kelompok bersenjata lainnya melaporkan melakukan beberapa serangan, termasuk serangan kompleks terhadap pos terdepan Israel di daerah Tal as-Sultan yang menimbulkan banyak korban jiwa pada pasukan.

Jurnalis Amjad Jahjouh, istri jurnalisnya Wafa Abu Dabaan, dan anak mereka tewas dalam pemboman Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza.

Dengan terbunuhnya Jahjouh dan istrinya, jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober meningkat menjadi 158 orang.

Kemudian, dua orang, termasuk seorang pegawai UNRWA, tewas dalam pemboman Israel yang menargetkan gudang UNRWA di utara kamp Maghazi di Jalur Gaza tengah, menurut badan pengecekan fakta Al Jazeera, Sanad.

Rekaman video yang diverifikasi oleh Sanad menunjukkan kedatangan jenazah mereka, serta mereka yang terluka, ke Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah.

Pegawai UNRWA tersebut mengenakan jaket yang dengan jelas mengidentifikasi dirinya sebagai staf PBB saat bekerja di gudang badan kemanusiaan tersebut.

(ahm)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *