Irak Pertimbangkan Bantu Suriah saat Pemberontak Bangkit



loading…

Pemberontak berfoto di bandara militer yang direbut di Hama, Suriah pada 6 Desember 2024. Foto/Abdulvacit Haj Isteyfi/Anadolu Agency

BAGHDAD – Partai penguasa Muslim Syiah Irak dan sejumlah kelompok bersenjata mempertimbangkan pro dan kontra intervensi bersenjata di Suriah.

Mereka memandang sebagai ancaman serius kemajuan pemberontak Islam Sunni yang telah merebut dua kota Suriah dan sekarang menyerang kota ketiga, Reuters melaporkan.

Baghdad memiliki sejarah kelam dengan pejuang Sunni yang berbasis di Suriah. Saat itu ribuan orang Sunni di antaranya menyeberang ke Irak setelah invasi Amerika Serikat (AS) tahun 2003 dan memicu pembunuhan sektarian selama bertahun-tahun sebelum kembali lagi pada tahun 2013 sebagai kelompok Negara Islam (ISIS atau Daesh) untuk menaklukkan sepertiga negara tersebut.

Pemberontak Suriah yang saat ini maju di Suriah, yang dipimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), telah menyangkal terkait Al Qaeda dan Daesh, dan mengatakan mereka tidak memiliki ambisi di Irak.

Meski demikian, faksi penguasa di Irak kurang percaya pada pernyataan HTS tersebut.

Irak telah mengumpulkan di perbatasannya dengan Suriah, ribuan pejuang dari militer konvensionalnya serta Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), badan keamanan yang berisi banyak kelompok bersenjata yang berpihak pada Iran yang sebelumnya bertempur di Suriah.

Perintah tersebut, sejauh ini, adalah mempertahankan sisi barat Irak, bukan untuk campur tangan guna membantu Presiden Suriah Bashar Al-Assad, menurut seorang politikus Syiah Irak, seorang penasihat pemerintah, dan seorang diplomat Arab yang diberi pengarahan mengenai masalah tersebut.

“Namun, perhitungan tersebut dapat berubah, setidaknya untuk beberapa faksi Irak, tergantung pada perkembangan, termasuk jika pemberontak merebut kota besar Suriah, Homs, jika Assad jatuh, atau jika kaum Syiah dianiaya,” ungkap sumber tersebut.

Juru bicara pemerintah Irak, Bassem Al-Awadi, mengatakan Irak tidak mencari intervensi militer di Suriah, tetapi menggambarkan pembagian Suriah sebagai “garis merah” bagi Irak, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Reuters sebelumnya melaporkan ratusan pejuang Irak telah menyeberang ke Suriah untuk membantu memperkuat pasukan Assad, bergabung dengan pejuang Hizbullah Irak dan Lebanon yang sudah ada di negara itu, tetapi belum ada mobilisasi massa dari Irak.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *