Gencatan Senjata Terwujud, Hizbullah Deklarasikan Kemenangan



loading…

Hizbullah mendeklarasikan kemenangan. Foto/X/@ZAINABALI_72

BEIRUT – Pidatonya, pertama-tama, terlambat. Pidatonya diharapkan akan disampaikan pada hari gencatan senjata. Sekjen Hizbullah Naim Qassem mengklaim kemenangan.

Dan dia menyebutkan hal itu. Dia mengatakan bahwa dia seharusnya menyampaikan pidato pada hari gencatan senjata, tetapi dia lebih suka menunggu dan melihat bagaimana orang-orang akan bereaksi terhadap apa yang terjadi.

Dan kemudian dia mengatakan ini adalah kemenangan. Kemenangan yang lebih besar dari kemenangan tahun 2006.

Apa yang ditonjolkan Naim Qassem dalam pidatonya, jelas bahwa dia menjauh dari menangani pelanggaran.

Pelanggaran gencatan senjata Israel telah berlangsung selama tiga hari terakhir. Termasuk apa yang terjadi hari ini: dari tembakan terhadap warga Lebanon hingga tank Merkava yang meluncurkan peluru ke desa-desa Lebanon.

Naim Qassem ingin mengatakan dengan jelas di akhir pidatonya bahwa kelompoknya akan semakin terintegrasi ke dalam kehidupan politik Lebanon – secara politik, sosial, ekonomi.

Dan ini, tentu saja, membuka pertanyaan besar terkait peran Hizbullah di masa depan dan apakah akan terus menjadi pemain regional atau akan kembali ke kerangka Lebanon.

Naim Qassem, dalam pidato pertamanya sejak gencatan senjata dengan Israel berlaku Rabu pagi, menguraikan lima komitmen utama untuk pemulihan pascaperang Lebanon, termasuk upaya rekonstruksi dan mengatasi krisis politik yang berkepanjangan di negara itu.

1. Membangun Kembali Lebanon

Dalam pidato yang direkam pada hari Jumat, Qassem menekankan peran Hizbullah dalam membangun kembali negara itu. “Kami akan bekerja dengan rakyat kami dalam rekonstruksi, menggunakan mekanisme yang tepat, dan akan bekerja sama dengan negara untuk mencapai ini,” katanya.

Ia juga menyoroti urgensi penyelesaian kerangka konstitusional Lebanon, khususnya dengan memilih presiden baru. “Kami akan memastikan pemilihan presiden berlangsung sesuai jadwal,” imbuhnya.

Lebanon telah menghadapi kekosongan presiden sejak masa jabatan Michel Aoun berakhir pada Oktober 2022. Dua belas sesi parlemen, yang terakhir pada 14 Juni 2023, gagal memilih penggantinya. Ketua Parlemen, Nabih Berri, telah menetapkan 9 Januari 2025 sebagai tanggal untuk sesi baru yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *