loading…
Tentara Israel mengalami kekalahan akibat perang dengan Hamas dan Hizbullah. Foto/IG/IDF
Seperti dilaporkan The Washington Post bahwa ketidakhadiran ratusan ribu orang yang dipanggil untuk dinas militer berdampak buruk pada ekonomi negara itu.
Negara Yahudi itu meluncurkan kampanye militernya di Gaza setelah serangan lintas batas yang mengejutkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Para militan menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang, termasuk sejumlah besar warga sipil.
Pengeboman udara besar-besaran Israel dan operasi darat berikutnya di daerah kantong berpenduduk padat itu telah menewaskan lebih dari 44.000 warga Palestina, dengan lebih dari 104.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan yang dikendalikan Hamas di Gaza. Pejabat Palestina mengklaim bahwa sebagian besar korban adalah warga sipil.
Israel Kelelahan Perang di Gaza, Berikut 4 Penyebab Utamanya
1. Tentara Cadangan Tidak Mau Bertugas
The Washington Post mengklaim bahwa “semakin banyak [tentara cadangan Israel] memilih untuk tidak melapor untuk bertugas, yang semakin membebani militer yang kewalahan.”
Surat kabar itu mengutip Nadav Shoshani, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang memperkirakan minggu lalu bahwa jumlah pendaftaran militer telah menurun sekitar 15% sejak Oktober lalu.
2. Konflik Terpanjang dalam Sejarah Israel Modern
Konflik tersebut, yang sudah menjadi yang terpanjang dalam sejarah Israel modern, juga telah menyaksikan kerugian yang “belum pernah terjadi sebelumnya”. Perhitungan IDF menunjukkan bahwa sedikitnya 804 personel militer telah tewas sejak pecahnya permusuhan, dengan lebih dari 5.400 orang mengalami luka-luka.
3. Tentara Israel Takut Dibantai Hamas dan Hizbullah
Seorang prajurit cadangan Israel anonim yang bertugas di pasukan khusus mengatakan kepada surat kabar itu bahwa unitnya yang beranggotakan 12 orang kini tinggal lima orang setelah tujuh rekannya menolak untuk berperang.
“Saya merasa pemerintah menyuruh saya meminta istri saya untuk menghabiskan akhir pekan bersama teman-teman di Vegas, tetapi sebenarnya saya harus pergi selama berminggu-minggu ke Lebanon untuk membela negara,” katanya.
4. Produktivitas Warga Israel Sudah Turun
The Washington Post juga mengklaim bahwa banyak perempuan Israel harus mengurangi jam kerja mereka karena harus mengurus rumah tangga dan anak-anak mereka seorang diri.
Hal ini, ditambah dengan banyaknya prajurit cadangan pria yang dipanggil untuk waktu yang lama, telah berdampak buruk pada produktivitas di negara itu.
Gayil Talshir, seorang analis politik di Universitas Hebrew, menyimpulkan bahwa “di mana pun Anda melihat – krisis ekonomi, beban yang ditanggung prajurit cadangan dan keluarga mereka, dan tentu saja yang meninggal dan terluka – masyarakat Israel jelas berada di ambang batas kapasitasnya.”
Sementara itu, di tengah meningkatnya kekurangan personel, IDF berencana untuk memperluas layanan wajib, serta meningkatkan usia maksimum untuk prajurit cadangan, Washington Post melaporkan.
(ahm)